• RSS
  • Facebook
  • Twitter

Menulis | Pemerhati Sosial, Budaya dan Desa | #SaveOurNation | Building Maker | Fans of @chelseafc

  • Filosofi Kopi

    Ikuti Filosofi Kopi Dari Awal Hingga Akhir

  • Garis Waktu

    Dunia seolah sempit dengan adanya garis waktu.

  • Hidup

    Hidup adalah Dinamika, dan Estetika.

    Sabtu, 16 Februari 2013


    Akhir-akhir sering ini sering sekali mendengar berita tentang perdebatan yang tak kunjung usai, tawuran, gontok-gontokan sesama bangsa dan segala hal yang berbau kekerasan. Meski kadang kelakuan ini kadang hanya sebatas perang kata-kata untuk menciptakan sebuah opini masing-masing fihak, namun dampaknya ternyata sangat berpengaruh bagi sebuah kebersamaan.
    Penyebabnya pun bermacam-macam, mulai dari persaingan dalam perebutan suatu kursi, saling curiga sesama teman seperjalanan dan masih banyak lagi. Bahkan ada juga gara-gara bisnis.
    Dulu bangsa ini terkenal dengan keterbukaannya dan rasa musyawarah ketika dihadapkan pada suatu keputusan sulit yang akan diambil. Namun saat ini kedua hal tersebut menjadi sangat langka dan bahkan nyaris hilang. Entah karena sifat egois yang terlalu dikedepankan atau hanya sekedar pengen unjuk gigi, bak dalam bahasa sehari-hari "Apa saja saya bisa".
    Bukankah dalam kehidupan sehari-hari, dinamika sosial itu wajar. Wajar dalam artian mampu dipertanggungjawabkan dihadapan khalayak. Mengenal pribadi diri sendiri, sebelum menilai orang lain kiranya bolehlah dijadikan dasar dalam kehidupan sehari-hari. Jangan sampai penilaian itu nantinya jadi bumerang tersendiri ketika kebenaran mulai terungkap.
    Manusia dianugerahi akal dan fikiran, sudah sepantasnya kita maksimalkan. Jika memang ingin menjadi sesuatu, harus siap dikritisi dan mengkritisi. Jika memang dirasa ada perbedaan, baiknya dibicarakan dahulu sebelum memberikan statement ke publik. Kita bangsa terdidik, yang mengenal baca dan tulis, tentu beda dengan orang primitif jaman purba dahulu.
    Serendah-rendahnya pendidikan dan ilmu yang didapat dan setinggi-tingginya pendidikan dan ilmu yang diraih, semuanya takkan mampu mengalahkan pengalaman dan kebijaksanaan dalam bersikap. Dua hal ini yang terkadang luput dari pengamatan kita.
    Mungkin ada baiknya kita hidup selalu berbekalkan cermin, cermin kehidupan kita sendiri. Saat kita mulai merasa paling hebat, saat itu pula cerminan diri akan hadir. Ini nantinya yang akan menjadi pedoman diri dalam bersikap, selalu rendah diri dalam kehebatan tanpa batas.
    Memaafkan dan dimaafkan tentu saja wajib hukumnya, inilah cara untuk memperpanjang tali silaturahmi. Mengalah bukan berarti kalah, jika ada orang yang memiliki kebesaran hati disebelahmu saat itu. Yakinlah, hanya ia yang betul-betul memahami makna dari kemenangan yang sebenarnya.
    Hidup kadang tak selalu dipenuhi dengan bunga-bunga yang penuh bermekaran, terkadang bunga itu akan layu saat diri tak merawatnya dengan baik atau mati sedari awal ketika hendak bertunas. Tapi yakini satu hal,  matahari akan selalu bersinar dikala pagi, pelan merawatmu tanpa perlu dijaga, namun ia senantiasa hadir dalam setiap langkah kehidupanmu.

    Sekian.
    Catatan diri dan sahabat.

    0 komentar:

    Posting Komentar

    Komentar yang baik sangat membangun, segala kritikan dan saran sangat diperlukan. Kurangi berkomentar memojokkan, menyangkut SARA, dan menebar fitnah serta menebar SPAM.